09 Juni 2009

”Intellectual Capital” dalam Pendidikan

15.16 by kangdada ·
Label: , ,

oleh Yuswari Djemat

Ujian Nasional (UN) baru saja diselenggarakan. Berbagai persoalan muncul, baik sebelum penyelenggaraan maupun pada saat ujian tersebut berlangsung.

Bagi murid, ini sebuah percaturan hidup. Sedangkan bagi guru merupakan sebuah kegusaran. Guru ideal akan memandang UN sebagai tantangan untuk menilai keberhasilannya mentrasfer ilmu pada anak didik.


Keberhasilan anak didik menembus standard UN adalah prestasi di tengah menurunnya fighting spirit para siswa. Tidak gampang membuat seorang siswa menjadi berminat menekuni pelajaran di tengah-tengah lingkungan yang sangat mendistorsi semangat belajarnya.

Bagi guru yang idealismenya bisa ditakar dengan materi dan lebih memandang tugas mengajar sebagai tempat mencari nafkah semata kelulusan dalam anak didik UN adalah pemoles ketidakmampuan mereka dalam mengemban tugas sebagai tenaga pendidik yang profesional.

Oleh karena itu, kelulusan menjadi penting untuk menjustifikasi keberadaan mereka sebagai guru yang dalam prakteknya lebih pantas disapa sebagai pedagang atau bahkan ‘’pelacur intelektual”.

Di daerah, bupati dan wali kota menangani pembangunan pendidikan sebagai proyek penanaman padi yang ingin dapat dipanen dalam waktu singkat. Padahal benefit investasi pendidikan membutuhkan waktu panjang untuk dapat dirasakan kenikmatannya.

Anggaran pendidikan dengan kuota 20 persen sebagaimana diamanatkan undang-undang memang sudah banyak yang mencapainya. Namun, bila dilihat secara jernih dari substansi anggaran maka kekonyolan pembangunan pendidikan di daerah terasa sangat signifikan.

Banyak gedung sekolah dibangun, tetapi murid, guru dan operasional sekolahnya tidak memadai. Pembangunan fisik gedung hanyalah akal-akalan untuk membuat proyek demi kepentingan penguasa belaka.

Lebih memprihatinkan lagi, berbagai daerah membangun apa yang mereka istilahkan sebagai Sekolah Unggul, Sekolah Plus, atau Sekolah Cerdas. Ratusan miliar dana dialokasikan untuk itu.

Akibatnya terjadi ketimpangan dalam penikmat sumber daya pendidikan, di mana ratusan sekolah lainnya kehilangan kesempatan untuk memperoleh sumber daya yang memadai bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang berkualitas.

Model pemberdayaan institusi pendidikan tidak dapat diletakkan hanya dengan menempatkan sekolah sebagai subjek. Anak didik adalah faktor utama karena pembangunan tidak ditujukan pada wilayah ataupun fisik.

Pembangunan adalah upaya memperbaiki kehidupan manusia dan untuk itulah baru wilayah dan berbagai kebutuhan dalam lingkungan fisiknya perlu dipenuhi sesuai dengan proses perbaikan mutu manusia itu.

Sangat disayangkan jika proses pembangunan justru terlepas dari proses perubahan manusia dari ketiadaan dan ketertinggalannya menuju keberadaan hakiki sebagai manusia yang berdaya saing dengan moral yang teruji.

Dalam perspektif pembangunan disebut sebagai masyarakat madani. Memasukkan kepentingan politik sesaat dan mengedepankan keuntungan pribadi dan kroni dalam memajukan pendidikan di daerah adalah upaya nyata menciptakan generasi tanpa gengsi, tanpa keunggulan dan pada akhirnya bakal tertinggal di percaturan kehidupan.

Kemampuan memenangkan persaingan tidak bisa hanya berdasarkan pada kepemilikan aset fisik semata. Pengakuan terhadap intelektualitas manusia sebagai sumber daya yang paling berharga tidak dapat dipungkiri.

Untuk mampu sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang kian maju, maka kemampuan memanfaatkan intellectual capital merupakan hal yang utama. Pendidikan haruslah mampu menciptakan sumber daya manusia dengan intelektual yang baik.

Kemampuan memanfaatkan modal intelektual (intellectual capital) yang dimiliki suatu daerah adalah suatu jalan mencapai kesejahteraan, atau dengan kata lain mencapai keunggulan bersaing. Melalui intellectual capital yang bersumber dari manusia, suatu daerah dapat memformulasikan competitive strategic melalui inovasi dan penciptaan nilai karena pengetahuan (knowledge) akan menjadi lebih penting dibandingkan dengan sumberdaya keuangan dan sumberdaya fisik lainnya.

Chalarce Totanan dalam tulisannya yang berjudul Peranan ”Intellectual Capital” dalam Penciptaan Nilai untuk Keunggulan Bersaing, menyatakan bahwa manusia yang berbeda dalam mengelola aset yang sama akan menghasilkan nilai tambah yang berbeda. Dengan kata lain, intelektual manusia mempunyai pengaruh besar dalam memberi nilai dan keunggulan suatu daerah.

Untuk dapat memperoleh semakin banyak manusia dengan intelektual yang mumpuni dan mampu menciptakan nilai dan keunggulan bersaing yang tinggi tentu tidak mungkin dilakukan dengan memusatkan sumberdaya pendidikan pada satu sekolah semata dengan slogan apa pun namanya.

Hal itu hanyalah akan menciptakan disparitas dalam proses pendidikan di suatu wilayah dan memperkecil jumlah penikmat sumber daya pendidikan yang pada akhirnya mempersempit out put yang mampu mendatangkan benefit pendidikan.

Badai dan kemaruk suatu wilayah dilindas perubahan zaman yang cepat akan terasa di masa depan bila suatu wilayah tidak berpandang pada keunggulan bersaing yang berpuncak pada kemampuan memanfaatkan intellectual capital yang komprehensif.

Meskin investasi dan perhatian terhadap intellectual capital tidak dapat dipanen dalam waktu singkat karena berbentuk intangible asset dan sulit memprediksi mamfaat serta balas jasanya namun sudah dapat dipastikan bahwa masa depan suatu daerah akan sangat tergantung pada kemampuan memenejnya.

Semakin besar dan luas cakupan intellectual capital semakin unggul pula suatu daerah dalam pencaturan persaingan dan keberhasilan proses pembangunannya.

Untuk itu, sangat mustahak sifatnya memperbesar anggaran pendidikan dan pemerataannya yang diarahkan secara komprehensif pada perbaikan mutu manusia melalui proses dan sumber daya pendidikan.

Ketimpangan struktural dan spasial dalam alokasi investasi pendidikan dapat melahirkan substansi program perbaikan kualitas pendidikan yang tidak mengena pada upaya memperbaiki kapabilitas dan keterandalan anak didik.

Ketimpangan akan makin menganga dan bahkan bisa memperbesar jumlah generasi yang kehilangan peluang untuk memenangkan persaingan. Waspadalah! Wapadalah !***

0 komentar:

Posting Komentar

Kang Dada SHOW

Pernyataan Kang Dada


"PKD - Saya tidak akan segan-segan memberhentikan para pejabat/lurah yang mengelola bawaku pangan, bila terbukti menyalahgunakan"

PKD - "Lakukan Gerakan Revolusioner P4LH bersama warga kota, Tiada hari tanpa menanam pohon, tiada hari tanpa buat sumur resapan, tiada hari tanpa lepas burung"

PKD - "Apapun yang saat ini menurut dewan masih belum baik, maka akan kami perbaiki. Namun semua juga akan dilakukan dengan bertahap. Jadi tidak bisa dilakukan sekaligus," Walikota - Tribun Jabar Online)

PKD - "Pemkot punya 7 program prioritas, ketujuhnya sangat penting untuk masyarakat sehingga memiliki prioritas yang sama. Perbaikan jalan untuk kepentingan umum memiliki priotas sama dengan pendidikan dan kesehatan serta ekonomi," Walikota - Tribun Jabar Online)

PKD - WALI KOTA BANDUNG DADA ROSADA MINTA AGAR PARA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)AKTIF MENGHARGAI DAN MENGHORMATI PARA PENSIUNAN. TRIBUN

"ANGGARAN UNTUK PEMBEBASAN LAHAN SUDAH ADA. RTH HANYA NAMANYA, NANTI SEBAGIAN BISA KITA GUNAKAN UNTUK LAHAN PLTSA, YANG LAIN NANTI UNTUK RTH," TRIBUN

Kegiatan Pemkot

"PKD - Kepala BPLHD Dandan Riza Wardhana "Saat kegiatan Car Free Day, pencemaran udara di Jalan Dago menurun secara signifikan," detikbandung PKD - KEPALA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA FERDI LIGASWARA : “MENJELANG DIRGAHAYU KE-200 KOTA BANDUNG, PEMKOT BANDUNG LAKUKAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) YANG ADA DI SEPUTARAN ALUN-ALUN KOTA BANDUNG KE BASEMENT ALUN-ALUN” PKD - "KALAU SEKARANG MENDAPATKAN PENGHARAGAAN BEST EFFORT KAMI TENTU MENSYUKURI ITU, TAPI KAMI TIDAK PUAS DENGAN HASIL INI. PENILAIAN HARI INI HARUS MENJADI EVALUASI BESAR-BESARAN BAGI PEMKOT BANDUNG," NANANG SUGIRI WAKIL KETUA KOMISI C DPRD KOTA BANDUNG (Tribun Jabar) PKD - TERKAIT KEBERADAAN FACTORY OULET (FO) BARU DI JALAN IR H DJUANDA NO 92,94, DAN 122 KEPALA BPPT REKOTOMO MENGATAKAN "SESUAI KEBIJAKAN PAK WALI KOTA TIDAK BOLEH MENGELUARKAN IZIN USAHA FO, MAKANYA TAK MUNGKIN BPPT MENGELUARKAN IZIN USAHA," PKD - KEPALA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT) REKOTOMO "SAYA TIDAK TAHU BERAPA MINIMARKET YANG TAK BERIZIN TAPI SAYA AKHIR APRIL LALU TELAH MENYERAHKAN DAFTAR MINIMARKET YANG MEMILI IZIN KE SATPOL PP UNTUK DITINDAKLANJUTI, " (TRIBUN) PKD - DINAS KEUANGAN DAN PENGELOLA ASET DAERAH (DKPAD) KOTA BANDUNG MENAKSIR PENDAPATAN DARI SEWA ASET MILIK PEMKOT BANDUNG PADA 2010 MENCAPAI RP 11,3 MILIAR. PENDAPATAN DARI SEWA ASET DI KOTA BANDUNG MASIH RELATIF KECIL. TAHUN SEBELUMNYA, PENDAPATAN DARI SEWA ASET HANYA MENCAPAI RP 8,5 MILIAR. (PR). PKD- KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG, OJI MAHROJI : PENDAFTARAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN 2010/2011 MASIH MEMBERLAKUKAN SISTEM KLUSTER. TRIBUN

berbenah menuju jabar

bagaimana pembangunan kota Bandung ; era Kang Dada?

fakta integritas

fakta integritas
BANDUNG ZERO CORRUPTION MOVEMENT