PKD - Beberapa tahun terakhir pasca lengsernya orde baru, situasi Indonesia yang semula dicita-citakan ingin tumbuh dan berkembang dengan kemandirian bersama penguatan komponen-komponen local, malah terperosok masuk dalam himpitan kepentingan asing.
Situasi ini seiring dengan dibukanya keran kebebasan disegala bidang, gempuran budaya, ekonomi dan idiologi seakan tak ada penyaring samasekali sebagai state. Orang lebih cenderung membandingkan kondisi bangsa dengan kondisi bangsa lain ketimbang secara konstruktif berupaya mencari solusi efektif untuk memperbaiki keadaan.
Tulisan ini tidak dalam tanda petik mempertanyakan reformasi telah gagal, tapi tulisan ini ingin menampilkan sesuatu yang selama ini kita sisihkan ternyata begitu besar pengaruh dan dampaknya terhadap bangsa kita.
Bangsa yang telah kehilangan jati diri karena telah melupakan cita-cita founding fathers. Pancasila sebagai dasar Negara kini hanya sebatas ceremonial dilupakan arti dan maknanya bahklan dihempaskan dari kultur masyarakat kita.
Pancasila sebagai dasar Negara, kini begitu asing dalam percaturan hubungan pribadi dan pribadi bahkan hubungan institusi sekalipun.
Kita sudah tidak lagi dipersatukan oleh makna dan cita-cita para founding fathers kita. Sekarang justru kita semakin asik dan terlelap masuk dalam pertentangan idiologi warisan lama. Ditambah dengan bebasnya pengaruh budaya asing masuk tanpa ada filter, semakin jelas arah bahaya rel republik tercinta ini.
Terakhir kita melihat fragmentasi dipanggung politik nasional kita, menjadi tontonan yang tak sedap dipandang; saling mencerca, membuka aib, berbohong dan menggunting dalam lipatan. Fragmentasi ini lebih diperparah dengan membawa intrumen hukum kewilayah yang terlalu jauh, yaitu wilayah politik dukung-mendukung.
Mengutip pernyataan Prof Dr Koento Wibisono Siswomiharjo, Guru Besar Filsafat Universitas Gadjah Mada yang sekaligus mantan Rektor UNS, yang dilansir Pembaruan, di Yogyakarta, mengatakan.
Pancasila hilang dari peredaran. Masyarakat kehilangan orientasi nilai, demokrasi menjadi kebablasan dan disusul dengan era otonomi, yang mengarah pada suatu yang sangat mendegradasikan negara kesatuan. Yang jelas kita rasakan, semakin menuju pemilu 2009, elite politik tidak pernah menyinggung Pancasila, idenya hanya bagaimana merebut kekuasaan.
Namun menurutnya, belakangan ini ada semacam kebangunan kembali atau renaissance untuk membicarakan bagaimana revitalisasi Pancasila. ADMIN
14 November 2009
Masih Adakah Tempat Untuk PANCASILA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar